Dulu Marginal, Kini Populer…
Musik jazz ibarat pangeran yang terlahir terbuang. Ia muncul di tengah – tengah masyarakat pinggiran, diputar di rumah – rumah bordir. Namu akhirnya kembali masuk ke istana dan menjadi pujaan kaum mapan.
Adalah Buddy Bolden, seorang tukang cukur rambut di New Orleans , yang menanam bibit musik jazz disana pada 1981. kala itu bolden yang asli afrika kerap memainkan cornet, alat musik tiup serupa terompet yang nada – nadanya dianggap sebagai sebagai musik ragtime(musik dansa asli amerika) versi New Orleans .
Seperti banyak orang tahu, jazz lahir dari tangan – tangan kaumbudak afrika yang dibawa ke amerika. New Orleans sebagai kota pelabuhan di selatan amerika serikat tentu menjadi tempat berkumpulnya banyak budak yang dikirim lewat lautan dan bersandar di pelabuhan. Tak mengherankan jika New Orleans menjadi titik pertama lahirnya bibit musik yang kini dikenal sebagai musiknya kaum elite tersebut.
Empat tahun setelah bolden memainkan cornet, barulah nama “jazz” dikenal oleh public. Di tahun ini jazz akhirnya muncul sebagai hasil perkawinan dari musik ragtime, gospel, blues, dan nyanyian rakyat yang biasa dinyanyikan para budak di ladang. Empat elemen inilah yang membuat jazz dikenal sebagai musik ekspresif, sulit dijelaskan, tapi sangat mudah dirasakan.
Disebut ekspresif karena musik jazz tak tepaku pada partitur – partitur yang dibuat oleh seorang komposer musik. Mereka tak peduli denga teori musik, mereka hanya “memainkan” apa yang yangb mereka rasakan. Persis seperti yang jauh – jauh hari dikatakan musisi jazz andal, Louis Amstrong, “Jika engkau hanya sibuk menanyakannya, engkau tak akan pernah tahu.”
Musisi jazz yang muncul diawal kelahiran musik ini juga banyak mempelajari permainan nada dan improvisasi musik blues. Nama – nama seperti Don Redman, Stuff Smith, Ma Raniey, Benny Carter sampai Louis Amstrong mempelajari blues.
Dengan bekal musik blues pula musisi jazz yang muncul diawal banyak memainkan musik – musik popular yang ada di zaman itu. Disinilah rupanya letak kehebatan musik jazz. Musik popular yang sudah baku tersebut bisa mereka ubah sendiri dengan gaya nya sendiri hingga menghasilkkan musik baru yang menghasilkan musik baru yang menarik dan bebas.
Citra kebebasan ini pula yang mungkin membuat musik jazz awalnya diputar dirumah – rumah bordil, bar , atau klub malam yang memang mengagungkan “kebebasan”. Lengkap sudah citra jazz sebagai musik pinggiran. Lahir di kalangan budak dan diputar di tempat kotor.
Mungkin juga karena citra ini pula musisi jazz yang muncul diawal kelahiran musik ini tak mampu menghasilkan pendapatan memuaskan dari bermain jazz. Musisi seperti Freddy Kepprad, Bunk Johnson, dan Clarence Williams harus tetap setia dengan pekerjaan mereka untuk bisa bertahan hidup.
Barulah generasi kedua musisi jazz dari New Orleans mampu memikirkan format terbaik untuk bisa hidup dari musik pinggiran ini. Mereka yang diantaranya Joe Oliver, Kod Ory, & Jelly Roll Morton, membentuk band dan mengembangkan musik yang sudah dibuat oleh generasi pertama New Orleans . Musik yang hasilnya bertempo lebih cepat itu dikenal sebagai “hhot jazz”.
Walau berawal dari New Orleans , kota pelabuhan yang ditemukan pemerintah prancis itu, tak berarti semua musik jazz yang muncul di era awal jazz berafiliasi dengan musik New Orleans atau yang disebut sebagai Dixieland Jazz. Pada 1910 – 1920an beredar juga musik jazz yang dipengaruhi oleh musik dance dan piano serta instrument horn (lamat musik tiup) disertai iringan musik vocal dari seorang penyanyi. Sulit untuk menyebut aliran musik jazz seperti ini. Ada yang menyebut nya sebagai jazz klasik atau jazz tradisional. Tapi yang pasti musik inilah yang akhirnya mengaruhi musik jazz yang muncul di Chicago , Kansas city juga yang diilhami musik swing jazz.
Lalu bagaimana musik jazz bisa terangkat sebagai musiknya kaum elite?. Pertama, musik jazz sudah demikian berkembang, hingga banyak menghasilkan cabang – cabang dari latin jazz hingga fusion yang menggabungkan jazz dengan aliran musik lain seperti rock atau R&B.
Kedua perkembangan zaman membuat sekat – sekat musik dan sejarah kemunculannya tak lagi menjadi penghalang masyarakat untuk menikmatinya. Ambil contoh musik jazz yang pinggiran itu masuk ke Indonesia karea dibawa oleh penjajah belanda. Musik tersebut kerap dimainkan di lantai – lantai dansa runah petinggi Belanda. Tentu saja, musik apa pun yang dimainkan di tempat – tempat elite, oleh orang Indonesia akan digolongkan ke dalam musik elite tak peduli jika sejarahnya musiknya justru dating dari musik kaum terjajah seperti yang mereka alami.
Diambil dari Koran Seputar Indonesia, Senin / 1 Maret 2010, hal 30
0 komentar:
Posting Komentar